Sabtu, 09 Juni 2012

SERBA-SERBI INDIKATOR

1.  TITRASI
 
Titrasi adalah proses penentuan banyaknya suatu larutan dengan konsentrasi yang diketahui dan diperlukan untuk bereaksi secara lengkap dengan sejumlah contoh tertentu yang akan di analisis. Contoh yang akan dianalisis dirujuk sebagai (tak diketahui, unknown). Prosedur analitis yang melibatkan titrasi dengan larutan-larutan yang konsentrasinya diketahui disebut analisis volumetri. Dalam analisis larutan asam dan basa, titrasi melibatkan pengukuran yang seksama, volume-volume suatu asam dan suatu basa yang tepat saling menetralkan (Keenan, 1998: 422-423).
            Pada proses titrasi ini digunakan suatu indikator yaitu suatu zat yang ditambahkan sampai seluruh reaksi selesai yang dinyatakan dengan perubahan warna. Perubahan warna menandakan telah tercapainya titik akhir titrasi (Brady, 1999 : 217-218).
Larutan basa yang akan diteteskan (titran) dimasukkan ke dalam buret (pipa panjang berskala) dan jumlah yang terpakai dapat diketahui dari tinggi sebelum dan sesudah titrasi. Larutan asam yang dititrasi dimasukkan kedalam gelas kimia (erlenmeyer) dengan mengukur volumenya terlebih dahulu denga memekai pipet gondok. Untuk mengamati titik ekivalen, dipakai indikator yang warnanya disekitar titik ekivalen. Dala titrasi yang diamati adalah titik akhir bukan titik ekivalen (syukri, 1999 : 428).
Larutan standar ada dua macam, yaitu:
  1. Larutan standar primer
  2. Larutan standar sekunder
 Larutan standar primer adalah larutan yang dibuat dengan saksama dan berdasarkan perhitungan yang sempurna, jadi konsentrasi didapat dari hasil perhitungan,karena senyawa ini bersifat stabil.
Larutan standar sekunder adalah larutan yang dibuat seadanya (tidak harus saksama, bukan berarti asal-asalan hanya tidak seteliti primer) dan kadar diketahui setelah dilakukan titrasi terhadap larutan standar primer atau istilahnya adalah proses pembakuan.

2. INDIKATOR 

Indikator adalah suatu zat penunjuk yang dapat membedakan larutan, asam atau basa, atau netral. Alearts dan Santika (1984) melampirkan beberapaindikator dan perubahannya pada trayek PH tertentu, kegunaan indikatorini adalah untuk mengetahui berapa kira-kira PH suatu larutan. Disampingitu juga digunakan untuk mengetahui titik akhir kosentrasi pada beberapaanalisa kuantitatif senyawa organik dan senyawa anorganik.(Nonimus 2008). Berbagai teori telah dikemukakan dalam menerangkan sifat asam danbasa, diantaranya Arrhenius.Arrhenius adalah suatu teori yang mendefinisikan asam sebagaisuatu senyawa yang apabila dilarutkan dalam air akan membebaskan ionhidrogen (Hx) sedangkan basa adalah senyawa yang apabila dilarutkandalam air akan melepaskan ion hidroksida (OH-). Jadi reaksi netralisasiyang merupakan reaksi antara asam dan basa membentuk garam dan air,secara sederhana dapat ditulis :    H++ OH-→H2O
Tetapi kelemahan teori Arrhenius adalah hanya terbatas pada larutandengan pelarut air, walaupun asam dan basa sebenarnya juga pada larutandengan pelarut baku air :Contoh :Misalkan reaksi yang berlangsung pada larutan dengan amonia cairsebagai pelarut :

NH4CL + NaNH2→ NaCL + NH3

Reaksi ionnya :            NH4 + NH2→2NH3

 Pada tahun 1922 – 1923 J.N Bronsted dan M Lawry mengusulkansebuah teori baru yang lebih umum dari teori Arrhenius. Bronsted damLawry mendefinisikan asam sebagai senyawa yang dapat memberikan proton pada spesies lain.Secara umum dapat ditulis sebagai : 
A H+      +     B
asam       proton        basa  
pada tahun 1923 G. N Lewis menganjurkan konsep basa terhadap asamdan basa. Lewis mendefinisikan suatu asam sebagai senyawa yang dapatmenerima sepasang elektron sedangkan basa adalah suatu senyawa yangdapat memberikan sepasang elektron.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar