1. TITRASI
Titrasi adalah proses penentuan banyaknya suatu
larutan dengan konsentrasi yang diketahui dan diperlukan untuk bereaksi secara
lengkap dengan sejumlah contoh tertentu yang akan di analisis. Contoh yang akan
dianalisis dirujuk sebagai (tak diketahui, unknown). Prosedur analitis yang
melibatkan titrasi dengan larutan-larutan yang konsentrasinya diketahui disebut
analisis volumetri. Dalam analisis larutan asam dan basa, titrasi melibatkan
pengukuran yang seksama, volume-volume suatu asam dan suatu basa yang tepat
saling menetralkan (Keenan, 1998: 422-423).
Pada
proses titrasi ini digunakan suatu indikator yaitu suatu zat yang ditambahkan
sampai seluruh reaksi selesai yang dinyatakan dengan perubahan warna. Perubahan
warna menandakan telah tercapainya titik akhir titrasi (Brady, 1999 : 217-218).
Larutan basa yang akan diteteskan
(titran) dimasukkan ke dalam buret (pipa panjang berskala) dan jumlah yang
terpakai dapat diketahui dari tinggi sebelum dan sesudah titrasi. Larutan asam
yang dititrasi dimasukkan kedalam gelas kimia (erlenmeyer) dengan mengukur
volumenya terlebih dahulu denga memekai pipet gondok. Untuk mengamati titik
ekivalen, dipakai indikator yang warnanya disekitar titik ekivalen. Dala
titrasi yang diamati adalah titik akhir bukan titik ekivalen (syukri, 1999 :
428).
Larutan standar ada dua macam, yaitu:
- Larutan standar primer
- Larutan standar sekunder
Larutan standar primer adalah larutan yang dibuat
dengan saksama dan berdasarkan perhitungan yang sempurna, jadi konsentrasi
didapat dari hasil perhitungan,karena senyawa ini bersifat stabil.
Larutan standar sekunder adalah larutan yang dibuat
seadanya (tidak harus saksama, bukan berarti asal-asalan hanya tidak seteliti
primer) dan kadar diketahui setelah dilakukan titrasi terhadap larutan standar
primer atau istilahnya adalah proses pembakuan.
2. INDIKATOR
Indikator adalah suatu
zat penunjuk yang dapat membedakan larutan, asam atau basa, atau netral.
Alearts dan Santika (1984) melampirkan beberapaindikator dan perubahannya pada
trayek PH tertentu, kegunaan indikatorini adalah untuk mengetahui berapa
kira-kira PH suatu larutan. Disampingitu juga digunakan untuk mengetahui titik
akhir kosentrasi pada beberapaanalisa kuantitatif senyawa organik dan senyawa
anorganik.(Nonimus 2008). Berbagai teori telah dikemukakan dalam menerangkan
sifat asam danbasa, diantaranya Arrhenius.Arrhenius adalah suatu teori yang
mendefinisikan asam sebagaisuatu senyawa yang apabila dilarutkan dalam air akan
membebaskan ionhidrogen (Hx) sedangkan basa adalah senyawa yang
apabila dilarutkandalam air akan melepaskan ion hidroksida (OH-).
Jadi reaksi netralisasiyang merupakan reaksi antara asam dan basa membentuk
garam dan air,secara sederhana dapat ditulis : H++ OH-→H2O
Tetapi kelemahan teori
Arrhenius adalah hanya terbatas pada larutandengan pelarut air, walaupun asam
dan basa sebenarnya juga pada larutandengan pelarut baku air :Contoh :Misalkan
reaksi yang berlangsung pada larutan dengan amonia cairsebagai pelarut :
NH4CL
+ NaNH2→ NaCL + NH3
Reaksi ionnya : NH4 + NH2→2NH3
Pada tahun 1922 – 1923 J.N Bronsted dan M Lawry
mengusulkansebuah teori baru yang lebih umum dari teori Arrhenius. Bronsted
damLawry mendefinisikan asam sebagai senyawa yang dapat memberikan proton pada
spesies lain.Secara umum dapat ditulis sebagai :
A⇒ H+ +
B
asam proton basa
pada tahun 1923 G. N
Lewis menganjurkan konsep basa terhadap asamdan basa. Lewis mendefinisikan
suatu asam sebagai senyawa yang dapatmenerima sepasang elektron sedangkan basa
adalah suatu senyawa yangdapat memberikan sepasang elektron.
Untuk lebih lengkapnya dapat dilihat http://www.4shared.com/file/nyOngCPU/makalah_pak_nelson_nyot.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar