1.1 Eksraksi Dengan Pelarut
Ekstraksi adalah pemisahan satu atau beberapa bahan suatu padatan atau cairan. Proses ekstraksi mula-mula terjadi penggumpalan ekstrak dalam pelarut. Terjadi kontak antar muka bahan dan pelarut sehingga pada bidang muka terjadi pengendapan massa dengan cara difusi. Bahan ekstraksi yang telah bercampur dengan pelarut maka pelarut menembus kapiler dalam suatu bahan padat dan melarutkan ekstrak larutan dengan konsentrasi lebih tinggi terbentuk dibagian dalam bahan ekstraksi. Serta dengan cara difusi akan terjadi keseimbangan konsentrasi larutan dengan larutan diluar bahan (Bernasconi et al, 1995).
Ekstraksi dengan pelarut adalah pemisahan antar bagian dari suatu bahan berdasarkan pada perbedaan sifat melarut dari masing-masing bagian bahan terhadap pelarut yang digunakan (McCabe et al, 1999). Oleoresin didapatkan dari rempah-rempah dengan cara diekstraksi menggunakan pelarut organik. Hasil ekstraksi mengandung minyak dan senyawa terlarut pada pelarut. Pelarut organic yang biasa digunakan adalah senyawa hidrokarbon pelarut lemak dan minyak, seperti alkohol dan aseton. (Anonymousa , 2006).
Berdasarkan wujud bahannya, ekstraksi dapat dibedakan menjadi dua cara yaitu:
1. Ekstraksi
padat cair, digunakan untuk melarutkan zat yang dapat larut dari campurannya
dengan zat padat yang tidak dapat larut.
2. Ekstraksi
cair-cair, digunakan untuk memisahkan dua zat cair yang saling bercampur,
dengan menggunakan pelarut dapat melarutkan salah satu zat (McCabe et al,
1999).
Bernasconi, et
al (1995) menyatakan bahwa metode
ekstraksi dibagi menjadi dua yaitu ekstraksi tunggal dan ekstraksi multi tahap.
Ekstraksi tunggal adalah dengan mencampurkan bahan yang akan diekstrak
dihubungkan satu kali dengan pelarut. Disini sebagian dari zat yang akan diolah
akan larut dalam bahan pelarut sampai tercapai suatu keseimbangan. Metode
ekstraksi tunggal mempunyai kekurangan yaitu rendemennya rendah. Sedangkan
ekstraksi multi tahap, bahan yang akan diekstrak dihubungkan beberapa kali
dengan bahan pelarut yang baru dalam jumlah yang sama besar. Setelah melalui
beberapa kali pencampuran dan pemisahan maka didapatkan berbagai ekstrak dengan
rendemen yang lebih tinggi daripada ekstraksi tunggal.
Susanto (1999) menjelaskan bahwa jumlah
pelarut berpengaruh terhadap efisiensi ekstraksi, tetapi jumlah berlebihan
tidak akan mengekstrak lebih banyak, dalam jumlah tertentu pelarut dapat
bekerja optimal. McCabe, et al (1999) menambahkan jumlah pelarut
berpengaruh terhadap banyaknya oleoresin yang diekstrak sampai titik
keseimbangan, namun pada ekstraksi multi tahap kepekatan dari zat yang akan
diperoleh pada tingkat ekstraksi berikutnya selalu menjadi lebih rendah, karena
itu bahan pelarut tidak terpakai secara optimum.
1.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Ekstraksi
Menurut Komara (1991) dalam Samuel (2004), hasil ekstraksi oleoresin dipengaruhi oleh jenis bahan, jenis pelarut dan kondisi ekstraksi, kondisi ekstraksi meliputi metode, waktu, jenis pelarut, perbandingan bahan dengan pelarut, suhu dan derajat kehalusan bahan.
1.
Ukuran Bahan
Pengecilan ukuran bertujuan untuk
memperluas permukaan bahan sehingga mempercepat penetrasi pelarut ke dalam
bahan yang akan diekstrak dan mempercepat waktu ekstraksi. Penghancuran lada
hitam dapat dilakukan dengan alat penghancur biji. Hancuran biji lada ini
kemudian dilewatkan pada saringan 40 mesh untuk menyeragamkan ukuran bahan.
Sebenarnya semakin kecil ukuran bahan semakin luas pula permukaan bahan
sehingga semakin banyak oleoresin yang dapat diekstrak. Tetapi ukuran bahan
yang terlalu kecil juga menyebabkan banyak minyak volatile yang menguap selama
penghancuran (Anonymousb, 2006).
2.
Suhu Ekstraksi
Ekstraksi akan lebih cepat dilakukan
pada suhu tinggi, tetapi pada ekstraksi oleoresin hal ini dapat meningkatkan
beberapa komponen yang terdapat dalam rempah akan mengalami kerusakan
(Sujarwadi, 1996). Susanto (1999) menyebutkan bahwa ekstraksi baik dilakukan
pada kisaran suhu 30-500C. Penelitian Yuswantoro (2001) menyebutkan
bahwa minyak atsiri oleoresin kayu manis yang diekstrak pada suhu 400C menghasilkan kadar 18% dibandingkan dengan suhu ekstraksi
300C, sedangkan pada suhu 500C
tidak terjadi kenaikan kadar minyak atsiri.
3.
Pelarut
Jenis pelarut yang digunakan merupakan
faktor penting dalam ekstraksi oleoresin. Hal-hal yang perlu diperhatikan
adalah : daya melarutkan oleoresin, titik didih, toksisitas (daya atau sifat
racun), mudah tidaknya terbakar dan sifat korosif (Koswara, 1995). Bernasconi, et
al (1995) menyatakan pemilihan pelarut
pada umumnya dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut ini :
a.
Selektifitas
Pelarut hanya boleh melarutkan ekstrak
yang diinginkan, bukan komponen-komponen lain dari bahan ekstraksi.
b.
Kelarutan
Pelarut sedapat mungkin memiliki
kemampuan melarutkan ekstrak yang besar (kebutuhan pelarut lebih sedikit).
c.
Kemampuan
untuk tidak saling bercampur
Pada ekstraksi cair-cair, pelarut tidak
boleh atau hanya secara terbatas larut dalam bahan ekstraksi.
d.
Kerapatan
Terutama pada ekstraksi cair-cair,
sedapat mungkin terdapat perbedaan kerapatan yang besar antara pelarut dan
bahan ekstraksi.
e.
Reaktifitas
Pada umumnya pelarut tidak boleh
menyebabkan perubahan secara kimia pada komponen-komponen bahan ekstraksi.
f.
Titik
didih
Karena ekstrak dan pelarut biasanya harus
dipisahkan dengan cara penguapan, destilasi atau rektifikasi, maka titik didih
kedua bahan itu tidak boleh terlalu dekat.
g.
Kriteria
yang lain
Pelarut sedapat mungkin harus murah,
tersedia dalam jumlah besar, tidak beracun, tidak terbakar, tidak eksplosif
bila bercampur dengan udara, tidak korosif, tidak menyebabkan terbentuknya
emulsi, memiliki viskositas yang rendah dan stabil secara termis karena hampir
tidak ada pelarut yang memenuhi semua syarat diatas maka hanya untuk setiap
proses ekstraksi harus dicari pelarut yang paling sesuai. Jumlah pelarut yang
digunakan berpengaruh pada efisiensi, ekstraksi, tetapi jumlah berlebihan tidak
akan mengekstrak lebih banyak, dalam jumlah tertentu pelarut dapat bekerja
optimal (Susanto, 1999).
1.1 Materi
a.
Peralatan
1) Satu
set ekstraktor soxclet apparatus
2) Piknometer
3) Neraca
analitis
b.
Bahan
1) Tumbuhan
yang mengandung minyak atsiri
2) N.Hexane
3) Etanol
4) Aceton
1.2 Metoda
a. Prosedur kerja
1) Sampel
digiling/ dihaluskan, kemudian ditimbang.
2) Masukkan
sampel ke dalam pembalut sampel pada peralatan soxclet
3) Masukkan
pelarut (N.Hexane) ke dalam labu sebanyak ¾
volume labu.
4) Rangkaikanlah
seluruh peralatan extractor, lalu alirkan air pendingin dalam kondensor
kemudian panaskan dengan water bath.
5)
Solven di sirkulasi sebanyak 8 kali, dan
jagalah temperatur proses.
6)
Timbang labu destilasi dan masukkan
pelarut yang telah bercampur dengan minyak atsiri.
7)
Hitunglah densitas campuran tersebut
dengan menggunakan piknometer.
BAB
IV
DATA
PENGAMATAN
2.1 Data Pengamatan
1) Sampel : Lada
Hitam
2) Pelarut : Etanol
3) Volume
Pelarut : 500
ml
4) Berat
Pembalut Sampel : 2,00 gram
5) Berat
Pembalut Sampel + Sampel : 63,43 gram
NO
|
BERAT LABU
(gram)
|
WAKTU
(menit)
|
TEMPERATUR
(°C)
|
1
|
269,5
|
15
|
83
|
2
|
15
|
95
|
|
3
|
10
|
96,5
|
|
4
|
8
|
97
|
|
5
|
15
|
98
|
|
6
|
15
|
98,5
|
|
7
|
17
|
94
|
|
8
|
14
|
96
|
BAB
V
ANALISA
DATA
3.1 Analisa Data
1.
Mencari
nilai berat minyak + pelarut (gr)
Diket : -
Berat beaker glass kosong =
98,35 gram
-
(i) Berat beaker glass berisi minyak +
pelarut = 260,4 gram
(dengan volume 200ml)
-
(ii) Berat beaker glass berisi minyak +
pelarut = 256,7 gram
(dengan
volume 200ml)
-
(iii)Berat beaker glass berisi minyak +
pelarut = 114,9 gram
(dengan
volume 24ml)
Ditanya : Berat minyak + pelarut ?
Jawab :
I)
II)
III)
Jadi, berat minyak +
pelarut yaitu 339,95 gram.
2.
Mencari
nilai berat labu + minyak + pelarut (gr)
Diket : - Berat labu = 269,5 gram
-
Berat minyak + pelarut =
339,95 gram
Ditanya :
Berat labu + minyak + pelarut ?
Jawab :
Jadi,
berat labu + minyak + pelarut yaitu 609,45 gram
3.
Mencari
nilai Density Campuran (gr/ml)
Diket : - Berat piknometer kosong =
15,24 gram
-
Berat piknometer berisi = 23,65 gram
-
Volume piknometer = 10 ml
Ditanya
:
ρ
?
Jawab :
Jadi,
nilai densitas campuran yaitu 0,841 gr/ml.
4.
Mencari
nilai kadar minyak (%)
Diket : - Berat
pembalut sampel kosong = 2,00 gram
-
Berat pembalut sampel + sampel = 63,43 gram
(sebelum pengeringan)
-
Berat pembalut sampel + sampel = 49,34 gram
(setelah pengeringan)
Ditanya
:
kadar minyak (%) ?
Jawab :
Jadi,
kadar minyak yaitu sebesar 22,936 %.
BAB
VI
TABULASI
DATA
4.1 Tabulasi Data
1) Sampel : Lada Hitam
2) Pelarut : Etanol
3) Volume
Pelarut : 500 ml
4) Berat
Pembalut Sampel : 2,00 gram
5) Berat
Pembalut Sampel+ Sampel : 63,43 gram
(sebelum pengeringan)
6) Berat
Pembalut Sampel + Sampel : 49,34 gram
(setelah pengeringan)
7) Volume
Minyak + Pelarut : 424 ml
No
|
Berat Labu
(gram)
|
Waktu
(Menit)
|
Temp
(°C)
|
Berat Labu +
Minyak + Pelarut
(gram)
|
Berat Minyak +
Pelarut
(gram)
|
Density
Campuran
(gr/ml)
|
Kadar minyak
(%)
|
1
|
269,5
|
15
|
83
|
609,45
|
339,95
|
0,841
|
22,936
|
2
|
15
|
95
|
|||||
3
|
10
|
96,5
|
|||||
4
|
8
|
97
|
|||||
5
|
15
|
98
|
|||||
6
|
15
|
98,5
|
|||||
7
|
17
|
94
|
|||||
8
|
14
|
96
|
BAB
VII
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
Dari percobaan proses pemisahan minyak
atsiri dengan ekstraksi berpelarut dapat disimpulkan bahwa:
1. Dalam
percobaan yang dilakukan, makin tinggi temperature yang dicapai oleh suatu
sampel lada hitam untuk diekstraksi, maka semakin cepat waktu yang digunakan
untuk proses ekstraksi, dan sebaliknya.
2. Volume
minyak + pelarut setelah dilakukan ekstraksi yaitu sebesar 424 ml.
3. Density
campuran yang di dapat yaitu 0,841 gr/ml. Campuran yang dimaksud adalah minyak lada dan etanol.
Yang mana densitas dari minyak lada hitam adalah 0,864 gr/ml sampai 0,884
gr/ml. Dan densitas dari etanol yaitu 0,789 gr/ml.
4. Kadar
minyak yang di dapat yaitu sebesar 22,936 %.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar